Wednesday, September 26, 2012

Kembali ke Malang Tempoe Doeloe

Festival Malang Tempoe Doeloe (MTD) merupakan event tahunan yang diadakan oleh Pemerintah Kota Malang. Dalam festival ini kita bisa menemui beraneka macam dagangan tempo dulu seperti baju dan barang antik sejak jaman kolonial. Selain itu kita juga dapat melihat beraneka makanan dan jajanan jaman dulu yang sekarang mungkin sudah jarang kita lihat.

Kami, bertiga, ke Malang dengan menggunakan kereta api ekonomi Penataran. Saya yang sudah bertahun-tahun tidak naik kereta api ekonomi cukup takjub ketika sudah diatas kereta. Diawali dengan duduk berdesakan karena salah satu teman yang terpaksa membeli tiket kereta dengan jam yang berbeda jam keberangkatan. Untunglah petugas tiket tidak terlalu teliti sehingga dia bisa lolos naik ke kereta.  Pedagang asongan yang hilir mudik menjajakan dagangannya cukup menghibur karena beberapa menawarkan dagangannya dengan cara yang unik. Dagangan yang ditawarkan pun bermacam-macam. Mulai dari snack, minuman, buah, buku hingga pisau hehehe. Suasana seperti itu yang tidak bisa ditemui di kereta kelas bisnis apalagi eksekutif. Kami tiba di stasiun Malang sekitar pukul 14.00 dan langsung menuju warung bakso karena perut sudah berontak minta diisi.

Setelah selesai makan, kami langsung mencari angkot menuju ke jalan Ijen, tempat acara diadakan. Setelah lima belas menit perjalanan dengan angkot, sampailah kami ditempat tujuan. Masih belum terlalu banyak pengunjung sehingga kami bisa dengan bebas dan santai untuk berjalan, motret dan mencicipi beberapa jajanan. Saya teringat masa kecil ketika melihat ada stan yang menjual tebu. Tanpa pikir panjang saya pun membeli dan kemudian menikmati tebu tersebut sambil melanjutkan melihat-lihat. Disepanjang jalan Ijen, saya melihat beberapa pengunjung yang memakai pakaian dan membawa perlengkapan jaman dulu. Banyak jajanan-jajanan jaman dulu yang di jual. Bahkan saya menemukan rukem, buah yang sudah mulai langka dan baru pertama kali saya lihat disitu.



Selain berjalan kaki, pengunjung juga dapat berkeliling dengan naik kereta kuda. Banyak sekali kereta kuda yang telah dihias berkeliling sepanjang jalan Ijen sehingga pengunjung yang berjalan kaki harus berhati-hati agar tidak tertabrak kereta kuda yang lewat. Ternyata tidak hanya kuda saja yang menarik kereta. Ada kambing entah jenis apa yang diberdayakan untuk menarik kereta. Tentu saja yang boleh naik hanya anak kecil.


Di Malang Tempoe Doeloe kami juga bisa melihat signage maupun iklan jaman dulu. Selain itu kami juga menemukanbarang-barang yang sudah kuno dan juga beberapa poster film maupun buku-buku lama.




 Semakin sore, Malang Tempoe Doeloe ini semakin banyak pengunjung. Dan puncaknya sekitar pukul 6 sore, entah datang dari mana saja, saya merasa tiba-tiba tempat ini menjadi lautan manusia sampai untuk berjalan saja susah. Untunglah kami sudah puas melihat-lihat dan memang sudah waktunya kami segera kembali ke stasiun untuk mengejar kereta ke Surabaya. Sebelum pergi kami memutuskan makan terlebih dahulu. Kami masuk ke stan yang menjual seafood termasuk sate hiu. Saya yang ngga tega makan daging hiu memesan cumi-cumi bakar. Sedangkan teman saya memesan satu porsi sate hiu karena penasaran dengan rasanya. 

Setelah selesai makan kami segera keluar dari lokasi Malang Tempoe Doeloe dan berjalan untuk mencari angkot yang bisa mengantarkan kami ke stasiun. Tapi tak disangka ternyata tidak ada angkot disekitar jalan Ijen. Mereka mengalihkan trayeknya karena padatnya pengunjung yang membludak membuat jalanan macet dan ditutup untuk angkot. Walhasil kami harus berjalan kaki sampai stasiun supaya tidak ketinggalan kereta. Dan akhirnya kami sampai di stasiun dengan badan berkeringat dan betis yang lumayan pegal. Tapi kami senang dan sangat menikmati acara jalan-jalan kami ini.

Monday, September 17, 2012

Petualangan Pantai Goa Cina



Mungkin banyak yang masih belum mendengar nama pantai Goa Cina. Pantai yang masih jarang dikunjungi oleh wisatawan ini keindahannya masih sangat alami. Pantai ini terletak di wilayah kabupaten malang dan terletak berdekatan dengan pantai Sendang Biru dan pantai Bajul Mati. Memang pantai yang berada sekitar tiga jam perjalanan dari kota Malang ini kurang terkenal jika dibandingkan dengan pantai Bale Kambang, Sendang Biru ataupun Ngliyep namun pemandangan alamnya sangat indah.

Pantai ini terdapat di daerah Sumbermanjing dengan panjang pantai yang terbentang sekitar 3 km dimana garis pantainya cukup beragam. Ada yang berpasir putih, ada yang berkarang dangkal dan ada pula yang curam dengan arus ombak yang cukup besar khas pantai di sepanjang sisi selatan pulau Jawa sehingga pengunjung harus hati-hati jika berenang. Selain garis pantainya yang beragam, pantai ini juga dilengkapi oleh pulau-pulau kecil ditengah laut.

Perjalanan ke pantai ini saya lakukan pertengahan tahun 2011 bersama beberapa orang teman. Kami melakukan perjalanan dengan menggunakan motor. Kami berangkat dari Surabaya pada malam hari sekitar pukul 9 malam dan langsung menuju Turen untuk bermalam di rumah salah satu teman. Sekitar pukul 12 malam kami tiba di Turen dan langsung disambut dengan makan malam. Makan malamnya tidak mewah namun jamur crispy, tempe goreng dan sambal terasa begitu nikmat mengingat kami sudah sangat kelaparan dan kedinginan sepanjang perjalanan. Setelah makan malam (atau makan dini hari lebih tepatnya) kami segera beristirahat agar keesokan harinya bisa bangun pagi untuk melanjutkan perjalanan ke pantai Gua Cina. 

Keesokan harinya kami berangkat ke Pantai Goa Cina sekitar pukul 9. Perjalanan ke pantai tersebut berkelok-kelok dan naik turun. Selama perjalanan kami disuguhi oleh pemandangan alam yang menawan berupa sawah-sawah yang hijau menghampar, tebing-tebing yang berdiri kokoh dan pohon-pohon yang menjulang tinggi.  1 km menjelang pantai, kami harus melewati jalan sempit yang berbatu sehingga motor yang kami tumpangi harus berjalan sangat pelan. Tapi perjuangan melewati jalan berbatu tersebut terbayar lunas ketika pantai sudah terlihat.

Terlihat pemandangan pantai yang indah dengan beberapa deretan tebing. Air lautnya yang biru membuat kami ingin segera merendam kaki dan bermain air laut. Dan itulah yang kami lakukan. Segera berhamburan menuju bibir pantai. Bermain dengan pasir dan air laut. Di tempat ini terdapat dua karakter pantai. Yang satu tepi pantainya berkarang dan satunya lagi berpasir. Dan satu lagi yang unik, dipantai ini terdapat goa. Dan keberadaan goa tersebut melatarbelakangi penamaan pantai ini. Konon kabarnya dulu ada seseorang dari etnis Cina yang bertapa dan kemudian ditemukan meninggal di goa tersebut. Itulah mengapa dinamakan pantai goa cina.

Bermain di pantai ini sangat menyenangkan. Ada yang berendam, ada yang bermain pasir, sementara saya sendiri berjalan menyusuri bibir pantai sambil merasakan lembutnya pasir putih. Mencari tempat teduh dan kemudian berbaring hingga tertidur hehe


Di tempat ini terdapat sebuah warung yang menjual makanan sederhana. Pilihan menunya tidak banyak tetapi cukup untuk mengganjal perut yang lapar setelah beberapa lama bermain-main. Di warung tersebut kita juga bisa menumpang mandi setelah berenang.

Pantai ini membuat saya melihat masih banyak tempat-tempat yang indah di pulau Jawa yang harus di kunjungi. Dan saya berharap masig punya banyak waktu dan kesempatan untuk berjalan-jalan lagi :)



Monday, September 10, 2012

Makassar dan senja merahnya



Mengunjungi Makassar sebenarnya tidak ada dalam list itinerary perjalanan ke Halmahera. Tetapi ide untuk sedikit melihat-lihat kota itu terlintas ketika saya sudah mulai bosan di Tobelo. Karena pesawat yang saya tumpangi akan transit di kota itu saya pikir tidak masalah jika saya menyempatkan berjalan-jalan sebentar. Seketika itu juga saya mereschedule tiket pulang. Butuh effort yang lumayan ternyata mereschedule tiket dari Tobelo. Koneksi internet saya yang tewas ketika memasuki Halmahera, membuat saya tidak bisa mengakses website airline sama sekali. Sementara untuk ke warnet tidak memungkinkan karena pada saat itu saya sedang berada di pulau di sekitar Tobelo. Akhirnya permasalahan tiket berhasil diatasi setelah saya menelpon kantor di Surabaya dan meminta tolong teman untuk me-refund tiket lama dan membeli tiket yang baru. Sesampainya di kota Tobelo saya langsung ke warnet untuk check email dan mencetak  e-ticket yang ternyata butuh kesabaran ekstra. Koneksinya yang super lambat walaupun hanya sekedar membuka email dan mahalnya biaya nge-print cukup membuat saya bad mood. Tapi ya sudahlah, yang penting urusan tiket saya beres. Setelah urusan tiket beres, saya menelpon teman saya yang tinggal di Makassar untuk menanyakan penginapan murah dan bersih. Dan akhirnya teman saya menyarankan untuk menginap di sebuah rumah kost milik temannya dengan tarif Rp. 75.000 per hari.

Setelah tiba di Makassar, saya segera mencari taksi menuju alamat rumah kost tersebut. Setelah beberapa saat berputar-putar akhirnya saya menemukan rumah kost yang dimaksud dan setelah masuk ternyata fasilitasnya lumayan untuk harga yang mereka minta. Kamar dengan AC, kamar mandi dalam dan cable TV. Setelah membersihkan badan dan istirahat sebentar saya keluar untuk mencari makan. Makanan yang saya coba kali ini adalah Pallu Basa, yang merupakan kuliner khas tradisional Makassar. Hampir mirip dengan coto, tetapi dengan aroma kuah yang sedikit berbeda. Yang membedakan lagi, jika coto dimakan dengan ketupat, pallu basa ini dimakan dengan nasi putih. Dan satu lagi , biasanya orang makan menu ini dengan mencampurkan telur mentah ke dalam kuah yang panas. Kuliner yang wajib dicoba jika ke Makassar. Setelah makan saya segera kembali ke rumah kost dan beristirahat karena badan saya terasa sangat lelah setelah 6 jam perjalanan dari Tobelo.
Keesokan harinya saya memutuskan untuk mengunjungi Trans Studio. Trans Studio ini merupakan Trans Studio yang pertama. Selain di Makassar, wahana bermain ini ada di Bandung dan rencananya aka nada di Surabaya juga. Wahana bermain yang ada di dalam mall ini masih lumayan sepi ketika saya datang. Mungkin karena terlalu pagi. Jadilah saya dengan santai menikmati semua wahana yang ada tanpa perlu antri. Memang sih, wahana di Trans Studio Makassar ini tidak sebanyak yang di Bandung. Tapi Ok lah untuk mengisi waktu.

Pukul sore saya segera keluar dari Trans Studio dan naik taksi menuju Pantai Losari untuk melihat sunset yang konon katanya sangat bagus. Sedikit kecewa ketika mendapati ternyata hujan turun meskipun tidak begitu deras. Tapi karena waktu saya melihat sunset disana hanya tinggal sore itu saja akhirnya saya nekad pergi juga. Sesampainya disana hujan sudah agak reda meskipun masih rintik-rintik. Dan ternyata perjuangan saya berbasah-basah ria tidak sia-sia. Sunset nya cantik dan saya ketemu pelangi lagi disini. Saya berada di pantai ini sampai matahari benar-benar menghilang sembari menyaksikan aktifitas pengunjung. Ada yang sibuk memancing, turis yang datang dan berfoto-foto, anak-anak kecil yang berenang. Sangat menyenangkan.



Setelah hari mulai gelap saya bermaksud mencari tempat untuk membeli oleh-oleh. Dengan bermodalkan petunjuk dari sopir taksi yang mengantarkan saya dari Trans Studio ke Pantai Losari tadi saya berhasil menemukan toko oleh-oleh. Cukup bingung juga harus membeli apa. Akhirnya saya mengambil beberapa makanan khas Makassar dan sekotak kopi. Setelah acara beli oleh-oleh selesai saya segera mencari makan karena perut saya mulai minta diisi. Kali ini saya memilih Coto Makassar. Dan menurut saya kalah lezat dibandingkan coto Makassar langganan saya di Surabaya. Tapi cukup lumayan lah untuk mengisi perut. Setelah kenyang saya pun mencari taksi untuk pulang ke rumah kost dan kemudian istirahat.

Keesokan harinya saya terbangun karena lapar. Segera saya mandi dan berjalan keluar untuk mencari warung makanan. Setelah 20 menit berjalan saya menemukan warung Coto Makassar di pinggir jalan yang cukup ramai pengunjung. Segera saya memesan seporsi coto dan ketupatnya. Secara rasa, lebih enak darippada yang saya coba malam sebelumnya namun masih tetap kalah enak dibandingkan yang di Surabaya. Apa lidah Jawa saya memang kurang cocok dengan rasa asli coto? Entahlah.
Setelah makan dan saya segera kembali ke kost untuk packing karena waktu saya tinggal dua jam sebelum ke bandara untuk penerbangan ke Surabaya. Ternyata barang bawaan saya beranak. Waktu datang ke kota ini yang saya bawa hanya satu traveling bag dan satu backpack kecil, sekarang ditambah dua dus oleh-oleh hehehe. Tepat pukul 11 saya berangkat menuju ke Bandara. Perjalanan 1 jam ke bandara diisi dengan cerita sopir taksi tentang kota Makassar. Ok juga ini pak taksinya. Bisa jadi guide juga. Ternyata banyak tempat di Makassar yang harus dikunjungi dan saya lewatkan. Ya memang waktu saya tidak banyak disana. Mungkin lain kali saya akan datang lagi kesana dan mengexplore lebih banyak tempat yang menarik. Semoga. Dan ini saya ucapkan dalam hati ketika pesawat yang saya tumpangi take off  meninggalkan Makassar.