Monday, September 10, 2012

Makassar dan senja merahnya



Mengunjungi Makassar sebenarnya tidak ada dalam list itinerary perjalanan ke Halmahera. Tetapi ide untuk sedikit melihat-lihat kota itu terlintas ketika saya sudah mulai bosan di Tobelo. Karena pesawat yang saya tumpangi akan transit di kota itu saya pikir tidak masalah jika saya menyempatkan berjalan-jalan sebentar. Seketika itu juga saya mereschedule tiket pulang. Butuh effort yang lumayan ternyata mereschedule tiket dari Tobelo. Koneksi internet saya yang tewas ketika memasuki Halmahera, membuat saya tidak bisa mengakses website airline sama sekali. Sementara untuk ke warnet tidak memungkinkan karena pada saat itu saya sedang berada di pulau di sekitar Tobelo. Akhirnya permasalahan tiket berhasil diatasi setelah saya menelpon kantor di Surabaya dan meminta tolong teman untuk me-refund tiket lama dan membeli tiket yang baru. Sesampainya di kota Tobelo saya langsung ke warnet untuk check email dan mencetak  e-ticket yang ternyata butuh kesabaran ekstra. Koneksinya yang super lambat walaupun hanya sekedar membuka email dan mahalnya biaya nge-print cukup membuat saya bad mood. Tapi ya sudahlah, yang penting urusan tiket saya beres. Setelah urusan tiket beres, saya menelpon teman saya yang tinggal di Makassar untuk menanyakan penginapan murah dan bersih. Dan akhirnya teman saya menyarankan untuk menginap di sebuah rumah kost milik temannya dengan tarif Rp. 75.000 per hari.

Setelah tiba di Makassar, saya segera mencari taksi menuju alamat rumah kost tersebut. Setelah beberapa saat berputar-putar akhirnya saya menemukan rumah kost yang dimaksud dan setelah masuk ternyata fasilitasnya lumayan untuk harga yang mereka minta. Kamar dengan AC, kamar mandi dalam dan cable TV. Setelah membersihkan badan dan istirahat sebentar saya keluar untuk mencari makan. Makanan yang saya coba kali ini adalah Pallu Basa, yang merupakan kuliner khas tradisional Makassar. Hampir mirip dengan coto, tetapi dengan aroma kuah yang sedikit berbeda. Yang membedakan lagi, jika coto dimakan dengan ketupat, pallu basa ini dimakan dengan nasi putih. Dan satu lagi , biasanya orang makan menu ini dengan mencampurkan telur mentah ke dalam kuah yang panas. Kuliner yang wajib dicoba jika ke Makassar. Setelah makan saya segera kembali ke rumah kost dan beristirahat karena badan saya terasa sangat lelah setelah 6 jam perjalanan dari Tobelo.
Keesokan harinya saya memutuskan untuk mengunjungi Trans Studio. Trans Studio ini merupakan Trans Studio yang pertama. Selain di Makassar, wahana bermain ini ada di Bandung dan rencananya aka nada di Surabaya juga. Wahana bermain yang ada di dalam mall ini masih lumayan sepi ketika saya datang. Mungkin karena terlalu pagi. Jadilah saya dengan santai menikmati semua wahana yang ada tanpa perlu antri. Memang sih, wahana di Trans Studio Makassar ini tidak sebanyak yang di Bandung. Tapi Ok lah untuk mengisi waktu.

Pukul sore saya segera keluar dari Trans Studio dan naik taksi menuju Pantai Losari untuk melihat sunset yang konon katanya sangat bagus. Sedikit kecewa ketika mendapati ternyata hujan turun meskipun tidak begitu deras. Tapi karena waktu saya melihat sunset disana hanya tinggal sore itu saja akhirnya saya nekad pergi juga. Sesampainya disana hujan sudah agak reda meskipun masih rintik-rintik. Dan ternyata perjuangan saya berbasah-basah ria tidak sia-sia. Sunset nya cantik dan saya ketemu pelangi lagi disini. Saya berada di pantai ini sampai matahari benar-benar menghilang sembari menyaksikan aktifitas pengunjung. Ada yang sibuk memancing, turis yang datang dan berfoto-foto, anak-anak kecil yang berenang. Sangat menyenangkan.



Setelah hari mulai gelap saya bermaksud mencari tempat untuk membeli oleh-oleh. Dengan bermodalkan petunjuk dari sopir taksi yang mengantarkan saya dari Trans Studio ke Pantai Losari tadi saya berhasil menemukan toko oleh-oleh. Cukup bingung juga harus membeli apa. Akhirnya saya mengambil beberapa makanan khas Makassar dan sekotak kopi. Setelah acara beli oleh-oleh selesai saya segera mencari makan karena perut saya mulai minta diisi. Kali ini saya memilih Coto Makassar. Dan menurut saya kalah lezat dibandingkan coto Makassar langganan saya di Surabaya. Tapi cukup lumayan lah untuk mengisi perut. Setelah kenyang saya pun mencari taksi untuk pulang ke rumah kost dan kemudian istirahat.

Keesokan harinya saya terbangun karena lapar. Segera saya mandi dan berjalan keluar untuk mencari warung makanan. Setelah 20 menit berjalan saya menemukan warung Coto Makassar di pinggir jalan yang cukup ramai pengunjung. Segera saya memesan seporsi coto dan ketupatnya. Secara rasa, lebih enak darippada yang saya coba malam sebelumnya namun masih tetap kalah enak dibandingkan yang di Surabaya. Apa lidah Jawa saya memang kurang cocok dengan rasa asli coto? Entahlah.
Setelah makan dan saya segera kembali ke kost untuk packing karena waktu saya tinggal dua jam sebelum ke bandara untuk penerbangan ke Surabaya. Ternyata barang bawaan saya beranak. Waktu datang ke kota ini yang saya bawa hanya satu traveling bag dan satu backpack kecil, sekarang ditambah dua dus oleh-oleh hehehe. Tepat pukul 11 saya berangkat menuju ke Bandara. Perjalanan 1 jam ke bandara diisi dengan cerita sopir taksi tentang kota Makassar. Ok juga ini pak taksinya. Bisa jadi guide juga. Ternyata banyak tempat di Makassar yang harus dikunjungi dan saya lewatkan. Ya memang waktu saya tidak banyak disana. Mungkin lain kali saya akan datang lagi kesana dan mengexplore lebih banyak tempat yang menarik. Semoga. Dan ini saya ucapkan dalam hati ketika pesawat yang saya tumpangi take off  meninggalkan Makassar.

2 comments:

  1. sunsetnya bagusss nabung nabung.....tambah lagi list *padahal banyak yang belon kesampaian nih

    ReplyDelete
  2. hayuk nabung *sodorin celengan ayam :)

    ReplyDelete