Yang selalu muncul dibenak saya ketika mendengar kata pulau
Madura hanya ada tiga hal yaitu, bebek goreng, jembatan Suramadu dan gersang.
Namun dua hari kunjungan saya mampu merubah pandangan saya mengenai pulau garam
tersebut.
Perjalanan ke Madura, merupakan perjalanan yang sudah lama
direncanakan tetapi selalu tertunda oleh beberapa hal. Sebenarnya cukup malu
juga. Saya sudah mengunjungi pulau-pulau yang letaknya jauh seperti Ternate, Morotai dan
Derawan, tetapi pulau yang sangat dekat malah tidak pernah saya eksplore. Bukan
berarti saya tidak pernah ke pulau Madura. Saya pernah berkeliling Madura dalam
rangka perpisahan SD bertahun-tahun yang lalu, dan tentu saja saya sudah tidak
ingat detilnya. Dua tahun belakangan, beberapa kali saya berkunjung kesana
biasanya dalam rangka mengantar saudara atau teman dari luar kota berburu bebek
goreng dan batik Madura.
Akhirnya kesempatan untuk mengunjungi Madura pun tiba. Berlima kami memutuskan untuk mengeksplor Madura selama dua hari. Ditambah dua orang lagi yang berniat bergabung di mercusuar Sembilangan untuk hunting foto. Pada hari yang ditentukan, berangkatlah kami berlima dengan menggunakan mobil.
Mercusuar Sembilangan
Tujuan pertama kami di Madura adalah Mercusuar Sembilangan.
Bangunan ini juga sering disebut Mercusuar Socah karena terletak di kecamatan
Socah, kabupaten Bangkalan. Mercusuar yang dibangun pada tahun 1879 di masa
kolonial Belanda ini masih berdiri kokoh. Tahun pembangunan tertulis di prasasti
yang bisa kita temukan di bagian bangunan ini. Bangunan dengan 17 lantai ini
hingga saat ini masih berfungsi dengan baik.
Dahulu kala mercusuar ini dibangun untuk membantu
kapal-kapal Belanda yang masuk ke selat Madura untuk kemudian bersandar di
pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Saat ini mercusuar ini masih berfungsi
sebagai sarana navigasi pelayaran di selat Madura.
Memasuki bangunan ini yang pertama terlihat adalah bangunan
ini terbuat dari besi yang sangat tebal. Ditengah-tengah bangunan terdapat
lubang besi yang melingkar dengan diameter sekitar 2 meter yang menjulang dari
lantai bawah hingga ke lantai paling atas. Lubang ini berfungsi sebagai lift
manual untuk menaik-turunkan barang dari atas kebawah dan sebaliknya. Bisa
dibayangkan bagaimana capeknya jika harus naik turun tangga dari lantai satu ke
lantai teratas untuk mengambil barang.
Antara lantai satu dengan lantai lainnya dihubungkan oleh
tangga yang terbuat dari besi. Dan di masing-masing lantai terdapat dua jendela
di sisi depan dan belakang bangunan. Dari jendela-jendela di tiap lantai itu
kita dapat menikmati pemandangan di sekitar pantai Sembilangan. Saya mencoba
naik hingga lantai paling atas. Nafas ngos-ngosan dan kaki yang gemetaran
terbayar lunas dengan cantiknya pemandangan
yang terlihat ketika sampai di lantai teratas.
Setelah puas melihat-lihat dan mengambil foto dari dalam
mercusuar, kami pun berjalan ke area tambak di depan mercusuar untuk mengambil
foto bangunan tersebut dari jauh. Sebagian dari kami memutuskan untuk menunggu
sambil makan rujak petis di warung sekitar mercusuar. Mungkin menunggu di
warung ini merupakan pilihan yang bijak jika tidak tahan panas. Sementara
sebagian asik nongkrong di warung, yang lainnya tetap dengan semangat empat
lima menerjang panas Madura demi mendapatkan foto yang bagus hahaha.
Setelah merasa cukup berpanas-panasan dan puas dengan
foto-foto yang kami dapat, akhirnya kami pun berjalan menuju ke tempat yang
lainnya menunggu dan bergabung dengan mereka menikmati rujak khas Madura.
Setelah kenyang dan puas beristirahat kami pun melanjutkan perjalanan. Dua
orang teman kami berpisah karena mereka ingin hunting foto ke tempat yang
berbeda dengan tujuan kami selanjutnya yaitu air terjun Toroan di kota Sampang.
Air Terjun Toroan
Perjalanan kami lanjutkan berlima. Karena waktu sudah memasuki waktu sholat dhuhur, maka kami memutuskan untuk berhenti sejenak di masjid Syeh Muhammad Kholil yang terletak tidak begitu jauh dari mercusuar Sembilangan. Masjid ini banyak dikunjungi oleh orang selain untuk melaksanakan ibadah juga disebabkan di area masjid ini juga terdapat makam seorang ulama besar Madura bernama Syeh Muhammad Kholil atau biasa disebut Mbah Kholil.
Setelah sholat, kami segera melanjutkan perjalanan ke Sampang. Beberapa saat setelah memasuki wilayah Sampang kami pun bertanya kepada penduduk setempat dimana letak air terjun Toroan. tapi rupanya bukan hal mudah bertanya mengenai lokasi ketika perbedaan bahasa menjadi kendala. Karena beberapa orang yang kami temui kurang bisa bahasa Indonesia sedangkan tidak ada satupun dari kami yang paham bahasa Madura. Contohnya adalahketika kami bertanya "Pak, dimana letak air terjun Toroan?" kepada seorang bapak yang kami temui di tengah perjalanan, dengan mantap beliau menjawab "Matur sakalangkong" yang ternyata artinya adalah terima kasih. Dan akhirnya kami hanya tertawa menyadari adanya miskom karena kendala bahasa ini.
Jalur yang kami lalui adalah jalur pantai utara Madura. Dan pemandangan yang terbentang disisi kiri jalan adalah pantai. Dan kami tergoda untuk berhenti barang sejenak untuk beristirahat dan bermain-main. Dan setelah puas kami pun segera melanjutkan perjalanan.
Akhirnya setelah dua kali kelewat karena memang letak air terjun ini tidak terlihat dari jalan, dan tidak ada petunjuk sama sekali. "Pintu masuk" air terjun ini adalah sebuah jembatan. Kami mengikuti jalan kecil yang mengarah ke bawah jembatan. Setelah memarkir mobil, kami harus berjalan kaki sekitar 50 meter untuk mencapai lokasi air terjun. Dan akhirnya kami pun sampai di lokasi air terjun yang sempat membuat kami nyaris putus asa karena tidak kunjung menemukan lokasinya.
Air terjun Toroan ini cukup unik. Jika air terjun pada umumnya berada di pegunungan dengan ketinggian yang sangat tinggi, air terjun Toroan ini berada di pinggir pantai dengan ketinggian yang hanya sekitar 200 meter. Sayangnya keindahan air terjun ini sedikit terganggu dengan adanya penambangan pasir dan kurang kurangnya perawatan. padahal jika dikembangkan air terjun ini bisa menjadi tujuan wisata yang akan menarik minat banyak pengunjung.
Kami bermain-main ditempat ini sekitar satu jam. Hanya sekedar duduk-duduk di batu karang yang ada di sekitar air terjun sambil mengambil foto dan bermain air. Setelah puas bermain, kamipun segera meninggalkan air terjun ini untuk melanjutkan perjalanan ke Sumenep.