Tuesday, July 24, 2012

Kembali ke Jogja, Part 2

Seperti yang sudah saya ceritakan di Kembali ke Jogja, Part 1, karena terlalu capek berjalan-jalan seharian akhirnya kami semua segera tertidur dengan pulas ketika badan menyentuh kasur dan terpaksa melewatkan suasana Jogja di waktu malam. Saya yang terbangun paginya sontak tertawa mengingat malam sebelumnya kami sok-sokan merencanakan jalan-jalan malam. Setelah mandi kami menuju rooftop untuk bersantai sejenak sembari menunggu teman-teman yang lain siap dan berbenah. Rooftop hostel ini sangat menyenangkan digunakan untuk duduk-duduk sambil menikmati suasana kota Jogja. Saya melihat ada kolam kecil sepanjang dua sisi yang bisa digunakan untriuk merendam kaki. Sudah terbayang betapa nyamannya sore hari duduk dipinggir kolam sambil merendam kaki dan menikmati pemandangan. Setelah semua siap segera kami turun dan check out karena sore harinya kami akan langsung kembali ke Surabaya dengan menggunakan kereta api.


Tujuan pertama kami adalah sarapan. Dari hostel kami menjemput pemilik mobil di kost nya. Hehehe...baik ya dia, merelakan mobilnya kami bawa seharian untuk jalan-jalan dan dia seharian hanya berdiam diri di kost. Setelah itu kami langsung menuju tempat makan. Ayam Keprek. Kemarinnya kami batal makan disitu karena penuh dan hujan, untunglah pagi itu masih ada tempat untuk kami. Makanan disitu berupa ayam, tahu, telur dan gorengan dan disajikan dengan sambal. Yang membedakan dengan tempat lainnya lauk yang dipilih di keprek/dihancurkan di atas sambal. Harga murah dan porsinya yang massive menjadi favorit mahasiswa membuat tempat ini selalu penuh sesak.

Taman Sari
Setelah kenyang kami menuju ke Taman Sari atau juga dikenal dengan namua water castle.Taman Sari merupakan taman istana yang terletak di sebelah selatan keraton yagyakarta. Taman Sari ini dulunya merupakan tempat rekreasi bagi keluarga keraton. Selain itu juga benfungsi sebagai benteng pertahanan, tempat meditasi bagi Sultan, tempat membuat batik bagi para selir dan putri-putri Sultan, serta menjadi tempat untuk berlatih kemiliteran bagi para tentara Sultan. Pada kunjungan kali ini kami sengaja menggunakan jasa guide supaya kami bisa lebih mengetahui cerita mengenai Taman Sari ini. Dibalik keindahan Taman Sari ini saya bisa merasakan aura mistis ketika berjalan mengelilinginya. Entah karena terpengaruh oleh cerita guide atau memang area tersebut mistis, sehingga saya pun tidak berani bertingkah macam-macam.
Obyek utama Taman sari adalah kolam air yang dikelilingi oleh benteng setinggi 6 meter dimana pada jaman dahulu berfungsi sebagai tempat pemandian para istri-istri Sultan. Di kolam air tersebut terdapat menara tinggi yang digunakan oleh Sultan untuk melihat para istrinya yang sedang mandi tersebut an kemudian beliau akan memilih salah satu dari kesekian istrinya tersebut untuk menemani beliau. Dibagian lain kompleks ini terdapat lagi kolam kecil yang digunakan oleh Sultan untuk mandi dengan salah satu istri yang terpilih.



Setelah berkeliling kompleks Taman Sari kami diantar oleh guide kami untuk berjalan di perkampungan sekitar Taman Sari. Dulunya, area perkampungan tersebut adalah kebun buah-buahan sehingga Sultan dan keluarganya bisa memetik buah-buahan sesukanya. Bisa dibayangkan betapa asri dan sejuk udaranya. Sangat cocok sebagai tempat rekreasi. Rumah-rumah di perkampungan tersebut adalah rumah abdi dalem keraton. Di perkampungan tersebut terdapat tempat pembuatan batik dan wayang. Kami sempat singgah ke rumah salah satu penjual batik dan membeli beberapa batik.



Karena hari sudah siang, kami segera bergegas menuju tempat oleh-oleh. Kami juga membeli makanan Gudeg, makanan khas Jogja sebagai bekal makan di kereta. Makan siang sengaja kami skip karena perut masih kenyang setelah tadi pagi makan massive dengan menu ayam keprek hehehe. Setelah urusan oleh-oleh selesai kami segera menuju ke stasiun Tugu. Masih ada waktu sekitar satu jam sehingga kami memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar ke area Malioboro sembari menunggu jam keberangkatan kereta. Pukul empat tepat kereta berangkat, membawa kami ke kota tercinta. Kembali ke aktifitas rutin kami. Dan bagi saya itu berarti kembali ke kegiatan menabung untuk jalan-jalan selanjutnya :D.


Monday, July 23, 2012

Kembali ke Jogja, Part 1

Jogja, bagi saya entah mengapa tidak pernah ada kata membosankan. Budaya dan sejarahnya selalu menarik untuk dikunjungi. Akhir bulan Maret yang lalu saya memutuskan kembali keJogja untuk kesekiaan kali. Saya pergi bersama dengan empat orang teman kantor. Seharusnya ada dua orang lagi yang berencana ikut tetapi terpaksa membatalkan diri karena urusan pekerjaan.

Perjalanan dimulai hari jumat malam sepulang dari kantor. Karena schedule kereta ke Jogja tidak ada yang malam hari, maka kami memutuskan untuk naik travel. Sekitar pukul 9 malam kami di jemput oleh travel. Setelah berkeliling menjemput beberapa penumpang lain, travel yang kami tumpangi segera meluncur ke Jogja. Setelah delapan jam di perjalanan yang cukup membuat nyali sedikit ciut karena sang sopir ternyata mengantuk akhirnya kami sampai di Jogja. Tempat pemberhentian kami adalah tempat kos saudara teman saya. Awalnya kami bermaksud menumpang mandi sebelum melanjutkan acara jalan-jalan kami. Tapi ternyata, air di tempat itutidak mengalir dan walhasil kami gagal menumpang mandi :D. Akhirnya kami memutuskan untuk sarapan di sekitar tempat itu. Kami menemukan tempat makan prasmanan yang enak dan lumayan murah. Setelah selesai makan kami menuju hostel dan ternyata saudara teman saya itu sedang berbaik hati meminjamkan mobilnya untuk kami bawa. Wow...menyenangkan bukan?!

Selama dua hari di Jogja, kami menginap di sebuah Hostel tidak jauh dari area Pasar Kembang. Hostel tersebut merupakan hostel baru, sehingga bangunannya masih bagus dan sangat bersih. Hostel tersebut menerapkan sistem dormitory yang artinya kamar tersebut sharing room dengan beberapa bed di dalam kamarnya. Jadi yang di sewa pengunjung adalah bed bukan room. Untuk menjamin keamanan, masing-masing lantai dilengkapi pintu yang berkunci elektrik dan ber-cctv di lorong-lorong nya . Kamar untuk laki-laki dan perempuan pun dibedakan lantainya, dan masing-masing lorongnya di cat dengan warna berbeda. Jadi tidak ada alasan, ada tamu laki-laki yang nyasar ke lantai perempuan :p. Sesampainya di hostel kami segera mandi dan beristirahat sejenak untuk melepas lelah.

Benteng Vredeburg & Taman Pintar
Setelah merasa sedikit segar kami pun memulai perjalanan kami. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah area Benteng Vredeburg dan Taman Pintar. Benteng Vredeburg adalah benteng peninggalan jaman Belanda yang masih berdiri dengan kokoh, terawat dan bersih. Benteng ini memeiliki menara pantau di keempat sudutnya dan dikelilingi oleh parit sehingga untuk masuk ke dalam benteng harus melewati jembatan. Di dalam benteng ini terdapat museum yang berisi diorama-diorama yang menggambarkan perjuangan rakyat Indonesia sejak sebelum proklamasi hingga jaman Orde Baru. Di sebelah kanan dan kiri terdapat tangga untuk naik ke atas benteng.


Di bagian belakan benteng ini terdapat pintu yang tembus ke Taman Pintar. Taman Pintar adalah tempat wisata pendidikan yang ditujukan untuk anak usia pra-sekolah sampai tingkat menengah. Waktu itu kami tidak masuk ke dalam gedung Taman Pintar tersebut, melainkan hanya berkeliling di halaman Taman Pintar itu. Banyak hal-hal menarik yang kami lihat, di salah satu sudut terdapat tempat dimana anak-anak kecil bisa belajar membatik dan membuat gerabah. Terlihat anak-anak kecil itu begitu asyik membatik dan belepotan lumpur membuat gerabah. Setelah puas berfoto dan melihat sekeliling kami segera melanjutkan ke tujuan selanjutnya.



Candi Prambanan
Dari Taman Pintar kami segera makan siang. Tujuan awal kami ingin mencoba ayam keprek. Tapi suasana warung yang penuh dan hujan pun turun dengan deras tak ayal membatalkan niat kami dan mencari tempat makan yang lainnya. Setelah bingung berkeliling akhirnya kami makan di rumah makan khas Aceh. Ngga Jogja banget ya hehehe.. Setelah makan kami segera menuju ke Candi Prambanan sembari berharap hujan berhenti ketika kami sampai disana. Dan untunglah cuaca berpihak kepada kami. Hujan berhenti dan cuaca menjadi cerah ketika kami baru sampai ditengah perjalanan. Sesampainya di Prambanan kami sholat dhuhur sebentar dan kemudian masuk ke area candi.
Candi Prambanan adalah candi Prambanan atau dikenal juga dengan candi Roro Jonggrang adalah candi Hindu. Ada legendan tentang candi ini. Pada jaman dahulu kala ada seorang lelaki bernama Bandung Bondowoso yang sangat mencintai Roro Jonggrang. Roro Jonggrang meminta dibuatkan 1000 candi sebagai syarat agar ia mau dinikahi oleh Bandung Bondowoso. Namun ternyata itu adalah cara Roro Jonggrang menolak. Ketika candi sudah hampir mencapai angka seribu Roro Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar supaya terlihat seperti suasana pagi sehingga gagallah Bandung Bondowoso. Merasa dicurangi, Bandung Bondowoso yang marah akhirnya mengutuk Roro Jonggrang menjadi candi yang ke-seribu.
Candi Prambanan ini memiliki tiga candi utama yaitu Candi Wisnu, Brahma dan Siwa. Ketiga candi itu merupakan lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Selain ketiga candi tersebut masih terdapat ratusan candi-candi yang lainnya.Kompleks candi Prambanan ini sangat luas, sehingga dianjurkan untuk membawa air minum. Jangan seperti kami yang mengira di dalam ada penjual minum kami tidak membawa bekal minum dari luar. Walhasil kami harus berbagi satu botol air mineral ukuran tanggung hehehe. Didalam komplek candi ini kami juga dapat melihat sekawanan rusa di salah satu sudutnya. Cukup lelah namun menyenangkan berjalan-jalan di candi ini.



Candi Ratu Boko
Hari sudah cukup sore ketika kami selesai mengitari candi Prambanan. Kami bergegas menuju ke Candi Ratu Boko yang hanya berjarak dua puluh menit dengan mobil dari candi Prambanan. Candi ini merupakan candi favorit saya. Sangat eksotis menurut saya karena lokasi candi ini adalah di atas bukit. Dari tempat tertinggi kita bisa melihat candi Prambanan di kejauhan. Waktu yang tepat untuk mengunjungi candi ini adalah sore hari, karena sunset-nya sangat cantik. Namun sayang mendung membuat kami gagal menikmati sunset-nya. Pada saat kami berkunjung kesana suasana candi Ratu Boko sedang ramai karena sedang ada acara perkemahan siswa-siswi SMP. Sehingga kami sempat melihat perlombaan tradisional yang digelar seperti lomba balap karung dan lomba bakiak. Perlombaan yang sudah lama tidak pernah saya lihat. Setelah puas berkeliling kamipun beranjak meninggalkan area candi tersebut dan kembali ke kota Jogja.


Sebelum sampai di hostel tempat menginap, kami berhenti sejenak di warung kecil untuk makan malam. Makan malam khas mahasiswa Jogja yang murah meriah. Setelah kenyang kami pun melanjutkan perjalanan ke hostel untuk mandi dan beristirahat sejenak meluruskan kaki sebelum berjalan-jalan lagi menikmati suasana malam di Jogja. Sesampainya di hostel kami segera mandi dan berbaring. Dan akhirnya rasa lelah yang sangat membuat kami cepat terlelap hingga pagi dan melewatkan suasana malam di kota ini.

Monday, July 16, 2012

Sempu, a Hidden Beauty


Pulau Sempu adalah pulau kecil yang ada di daerah Malang Selatan. Pulau tanpa penghuni ini telah ditetapkan sebagai kawasan cagar alam oleh pemerintah. Untuk dapat mencapai pulau ini, kita harus menyeberang dari pantai Sendang Biru dengan menggunakan perahu yang banyak disewakan oleh penduduk setempat. Di pulau yang tidak berpenghuni ini, tidak terdapat air bersih, jadi hal penting yang tidah boleh dilupakan ketika akan mengunjungi tempat ini adalah membawa makanan dan air minum.

Di dalam pulau ini terdapat sebuah telaga yang terkenal dengan nama Segara Anakan. Telaga ini terdapat di tepi pulau dan berbatasan langsung dengan samudera Hindia. Mendengar kata samudera Hindia , pasti yang muncul di benak kita adalah ombaknya yang ganas. Jangan khawatir, telaga ini sangat tenang, karena dilindungi oleh tembok karang yang menjulang tinggi. Air di telaga ini berasal dari air laut yang masuk dari lubang di karang yang dikenal dengan nama Karang Bolong. Dan Segara Anakan ini sukses mengingatkan saya pada film The Beach yang dibintangi oleh Leonardo DiCaprio.


Untuk dapat mencapai Segara Anakan dibutuhkan perjuangan yang tidak ringan. Itulah yang saya rasakan saat itu. Perjalanan menyusuri jalan setapak menembus hutan terasa semakin berat karena pada saat itu sedang musim hujan. Jalan setapak pun berubah menjadi jalan lumpur.  Tak ayal, kaki pun harus direlakan berkali-kali masuk dalam lumpur bahkan sampai setinggi lutut. Dan tidak hanya itu jika tidak hati-hati, yang namanya terpeleset ikut mewarnai perjalanan hehehe. Selain jalan berlumpur dan licin yang menghambat perjalanan, ada pohon-pohon yang melintang dengan diameter sekitar 1 meter yang harus dilompati. Mengingat medan yang lumayan berat, sebaiknya perjalanan dilakukan pada saat musim panas. Sehingga tidak perlu bertemu lumpur dan jalan kaki cukup ditempuh selama dua jam. Bandingkan dengan saya yang sampai membutuhkan waktu empat jam lebih. Saya sempat memperhatikan, setiap orang yang berpapasan dengan orang yang berlawanan arah selalu bertanya ‘masih jauh?’ dan jawabannya biasanya ‘masih jauh’ hehe. Cukup menggambarkan rasa putus asa yang biasanya mulai muncul ditegah perjalanan. Bahkan pada saat saya kesana saya bertemu seorang lelaki dari Negara lain yang memutuskan berhenti di tengah perjalanan dan menunggu temannya kembali dari Segara Anakan karena tidak kuat dengan beratnya medan. 
Saya masih ingat, betapa senangnya saya ketika mendengar bunyi ombak yang menandakan bahwa kita sudah hampir sampai ditempat tujuan. Padahal belum. Masih ada beberapa ratus meter lagi perjalanan yang harus ditempuh termasuk jembatan bambu yang harus diseberangi dengan karang-karang tajam dibawahnya. Saya pun memutuskan untuk merangkak diantara karang daripada menyeberangi bambu tersebut. Semua itu bukan sesuatu yang mudah memang, tapi cukup membangkitkan gairah petualangan saya :D.


Tetapi perjuangan berat tersebut terbayar lunas ketika kita sudah tiba di tepi Segara Anakan. Lelah, letih dan kaki yang dipenuhi lumpur mendadak terlupakan. Segera saya berlari menuju telaga dan berenang sembari membersihkan kaki dan baju dari lumpur yang menempel. Setelah puas berenang, sementara teman yang lain mendirikan tenda, saya menuju karang dan duduk menikmati pemandangan laut bebas. Saya tidak sendirian, ada serombongan bule yang sudah duduk manis di karang lebih tinggi. Dan spot nya bikin saya ngiri hehehe. Sangat menyenangkan menikmati pemandangan laut bebas tapi sebaiknya berhati-hati terutama jika membawa kamera yang tidak waterproof. Karena kadang hempasan ombak yang lumayan besar sampai juga keatas karang. Dan hati-hati juga dengan karang-karangnya. Jangan sampai terjatuh, karena karang tajamnya sanggup merobek kulit. Konon jika kita beruntung kita bisa melihat lumba-lumba berenang. Sayang saya tidak bertemu lumba-lumba disana.

Perjalanan ke Pulau Sempu memang sangat melelahkan. Tapi saya berani jamin, rasa lelah akan tergantikan oleh rasa sangat puas ketika sudah melihat ketenangan dibalik keindahannya. Disarankan untuk yang berkunjung ke Pulau Sempu untuk tidak membuang sampah. Sebaiknya membawa kantong plastik untuk mengumpulkan sampah kita dan membuang nya nanti setelah kita keluar dari area Pulau sempu agar kebersihannya tetap terjaga dan dapat kita nikmati keindahannya bertahun-tahun kemudian.

Sunday, July 15, 2012

Kep. Derawan, Sang Perawan yang Menawan

Pernah membayangkan berenang dengan jellyfish atau ubur-ubur? Ah ngga mungkin..jellyfish khan menyengat!! Ah siapa bilang. Jellyfish di Pulau kakaban benar-benar bisa disentuh loh. Wow..hanya itu yang bisa saya ucapkan, selebihnya speechless. Eh..tapi inget ya..ngga semua jellyfish itu jinak. Di dunia ini cuman di dua tempat kita bisa mainan sama mereka. Satu di Pulau Kakaban, Kalimantan Timur, dan satu lagi di Republik Palau, Negara kepulauan di kawasan Oceania.

Ingin mencoba bermain-main dengan jellyfish,  inilah yang membuat saya bertekad suatu hari harus ke kepulauan Derawan. Pulau-pulau yang terkenal disini adalah pulau Derawan, Sangalaki (yang merupakan pulau tempat konservasi Penyu Hijau), Maratua, Kakaban (tempat dimana ada danau yang berisikan ribuan stingless jellyfish) dan Nabucco. Konon katanya Kep Derawan ini adalah nama paket keluarga. Derawan berasal dari kata Perawan, Sangalaki dari kata sang lelaki atau suami, Maratua dari kata mertua dan Kakaban dari kata kakaknya sang perawan :D

Untuk bisa sampai di Kep. Derawan ini, saya butuh seharian perjalanan yang lumayan membuat punggung seakan patah. Perjalanan dimulai dari Surabaya menuju Tarakan dengan menggunakan pesawat selama 3 jam perjalanan dan transit di Balikpapan. Sesampainya di Tarakan kami, 10 orang yang sebagian besar baru saling kenal di Tarakan ini,  makan siang terlebih dahulu. Setelah makan siang kami melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan dan disinilah aroma-aroma petualangan mulai terasa. Perjalanan dengan menggunakan speedboat melawan ombak ditempuh selama 3 jam perjalanan. Mulai dari excited, senang, panik, pasrah, nyengir terbentur speedboat, bengong dan kemudian tertidur. Lengkap khan?? Hehe.Tapi semua itu terbayar lunas ketika kaki menginjak pulau Derawan.

Pulau Derawan
Pulau ini adalah salah satu pulau yang berpenghuni. Di pulau ini terdapat banyak penginapan. Mulai dari cottage di tepi pantai sampai homestay. Penginapan kami berada di atas laut..aaah senangnya. Dan yang lebih menyenangkan adalah dari dock di depan kamar, saya bisa melihat penyu hijau dan lion fish. Girang bukan kepalang lah saya. Kegiatan di Derawan dimulai dengan melihat sunset yang ternyata sangat indah. Kena suasana romantisnya walaupun tanpa pasangan haha.

Malam harinya,kami berjalan-jalan di perkampungan penduduk. Ditengah perjalanan kami melihat ada rumah yang sedang mempersiapkan acara pernikahan. Dihalaman rumah tersebut ada jajaran potongan pohon kelapa yang diatasnya diletakkan papan. Dengan polosnya kami mengira itu berfungsi sebagai kursi untuk para undangan dan keesokan harinya baru kami tahu ternyata itu berfungsi sebagai meja. Mungkin tuan rumah melihat ketertarikan kami, kami pun diundang ke acara pernikahan keesokan malamnya dan diijinkan datang dengan pakaian seadanya, secara kami juga tidak siap dengan pakaian yang layak untuk datang ke acara pernikahan. Yippie...


Perjalanan dilanjutkan menuju penginapan yang lainnya. Disana kami duduk-duduk sambil mendengarkan para tamu ber-karaoke ria. Kolaborasi suasana pinggir laut dan suara merdupun sukses membuat saya jadi mendadak galau. Halah..!! Tidak lama di tempat itu kami pun kembali ke penginapan dan beristirahat karena esok kami akan island hopping seharian.

Esok harinya kami bangun sekitar pukul 5 pagi dan langsung meluncur ke sisi timur pulau untuk menyaksikan sunrise. Rasa kantuk akibat baru hanya tertidur selama tiga jam langsung hilang ketika air pantai menyentuh kaki. Dan duduk di pasir pantai sembari menyaksikan matahari muncul perlahan dengan malu-malu itu merupakan kenikmatan yang luar biasa untuk saya. Satu jam kemudian kami berjalan kembali ke penginapan untuk sarapan dan bersiap-siap memulai petualangan seharian.


Pulau Maratua
Pulau ini sekitar 60 menit dengan speedboat dari Derawan. Pulau ini merupakan pulau yang berpenghuni meskipun tidak sebanyak di Derawan. Di pulau ini terdapat dive resort mewah yang dikelola oleh warga negara asing. Tidak heran jika harganya pun menjadi mahal, karena disesuaikan dengan pelayanan dan fasilitas yang ada. Di pulau ini juga terdapat pangkalan udara militer dan menurut kabar akan difungsikan juga untuk penerbangan komersial. Disini kami hanya punya waktu satu jam untuk berfoto dan mengagumi kejernihan lautnya. Ikan-ikan terlihat berenang bebas di air dibawah saya yang tentu saja membuat saya tidak sabar untuk segera menikmati pemandangan underwater-nya. Tapi sayang, kami tidak diijinkan berenang di kawasan resort tersebut. Kami segera meninggalkan pulau ini dan melanjutkan perjalanan ke pulau Kakaban. Langit terlihat gelap dan angin bertiup kencang. Dalam hati saya berdoa semoga tidak hujan. Jikapun hujan saya berharap tidak sampai terjadi badai yang akhirnya dapat menghambat perjalanan kami. Tapi ternyata diperjalanan hujan turun dengan derasnya dan cukup membuat kami basah. Untungnya hujan tidak disertai badai sehingga perjalanan kami masih cukup aman dan reda begitu kami mendekati Kakaban.


Pulau Kakaban
Pulau ini berjarak 30 menit speedboat dari Maratua. Pulau ini yang menjadi idola saya. Mengapa? Karena di pulau tanpa penghuni ini terdapat danau seluas sekitar 5 km persegi, berdinding karang terjal setinggi 50 meter. Danau ini terbentuk dari air laut yang terperangkap dan tidak lagi bisa keluar. Di danau ini terdapat berbagai macam biota laut dan salah satunya adalah STINGLESS JELLYFISH. Ya..ribuan ubur-ubur yang ada di dalam danau itu sudah kehilangan kemampuan menyengat karena tidak ada predator yang mengancam keselamatan mereka. Hujan rintik-rintik ketika kami sampai di pulau ini. Untuk mencapai danaunya kami harus berjalan di jembatan kayu yang licin karena hujan. Saya yang memang bermasalah dengan yang namanya keseimbangan pun sempat jatuh terpeleset hehehe. Begitu sampai di danau saya segera memasang snorkeling gear dan langsung menceburkan diri kedalam danau. Dan akhirnya saya bisa melihat dan menyentuh jellyfish...it was amazing. Saya merasa seperti berenang didalam kolam cendol karena ketika berenang saya bisa merasakan badan, tangan dan kaki saya bersentuhan dengan jellyfish-jellyfish itu . Saya langsung lupa dengan sekitar saya dan asyik mengejar jellyfish. Oh ya bagi yang tidak ingin kulitnya gosong, disarankan memakai baju panjang ketika berenang disini. Meskipun terlihat teduh, danau ini mampu membuat kulit gosong. Setelah lebih satu jam berenang, kami makan siang sebelum melanjutkan ke pulau Sangalaki.





Pulau Sangalaki
Di pulau yang menjadi tempat konservasi penyu hijau ini saya bermain-main sebentar dengan tukik atau anak penyu. Lucuuuu. Setelah puas melihat anak penyu, kami berjalan mengitari pulau dan berfoto di beberapa spot yang dianggap menarik...dan setelah itu kami lanjutkan dengan snorkeling. Pemandangan underwater-nya benar-benar luar biasa membuat saya tidak bisa berhenti mengejar ikan-ikan yang berenang di sela-sela terumbu karang untuk memotret mereka. Satu yang membuat sedikit kesal adalah, ketika saya menemukan nemo, baterei kamera saya habis. Blah. Acara snorkeling selesai ketika guide kami memberitahukan ketika kami harus segera melanjutkan perjalanan kembali ke pulau Derawan.





Local Culture
Selain menikmati keindahan alamnya, saya juga dapat kesempatan menyaksikan langsung keunikan acara pernikahan penduduk Derawan. Sangat menyenangkan melihat budaya yang berbeda dari yang pernah dilihat sebelumnya. Di Derawan, acara inti pernikahan tidak akan dimulai sebelum seluruh undangan berkumpul di lokasi. Jadi kalau undangan baru terkumpul jam 9 malam, di jam itulah acara inti baru bisa dimulai. Sebelum acara inti dimulai, biasanya para undangan yang sudah datang dihibur oleh penyanyi lokal. Setelah undangan terkumpul acara dimulai dengan tari-tarian oleh remaja perempuan. Dan penari-penari itu bisa disawer. Jangan membayangkan menyawernya seperti kita menyawer ronggeng dimana uang diselipkan di dada penarinya. Saweran kali ini dilakukan dengan menaruh uang di hiasan kepala yang mereka kenakan. Unik ya. Setelah menyawer saya pun ikut berjoget dengan mereka. Menyenangkan sekali untuk saya hihihi. Satu lagi yang membedakan dengan kebiasaan acara pernikahan yang pernah saya datangi. Di Derawan tidak ada kebiasaan berfoto dengan penganten padahal ada 'juru foto' yang disiapkan untuk meliput acara. Dan walhasil, hanya kamilah yang bisa berfoto bersama pengantin sambil ditonton oleh sebagian undangan yang masih ada di lokasi acara. Berasa artis deh jadinya :p.


Keindahan alam dan keramahan penduduknya membuat liburan saya kali ini sangat berkesan.Pertama kali berenang bersama jellyfish, pertama kali datang kawinan dengan baju santai dan sendal jepit (bahkkan teman-teman saya pakai t-shirt dan celana pendek), pertama kali nyawer dan ikut joget, pertama kali ketemu nemo...itu sangat menyenangkan. Dan saya mau kembali lagi kesana...nanti setelah mimpi saya bisa mendatangi semua tempat yang indah di Indonesia ini tercapai. Amiin