Mengunjungi Makassar sebenarnya tidak ada dalam list
itinerary perjalanan ke Halmahera. Tetapi ide untuk sedikit melihat-lihat kota
itu terlintas ketika saya sudah mulai bosan di Tobelo. Karena pesawat yang saya
tumpangi akan transit di kota itu saya pikir tidak masalah jika saya
menyempatkan berjalan-jalan sebentar. Seketika itu juga saya mereschedule tiket
pulang. Butuh effort yang lumayan ternyata mereschedule tiket dari Tobelo.
Koneksi internet saya yang tewas ketika memasuki Halmahera, membuat saya tidak
bisa mengakses website airline sama sekali. Sementara untuk ke warnet tidak
memungkinkan karena pada saat itu saya sedang berada di pulau di sekitar
Tobelo. Akhirnya permasalahan tiket berhasil diatasi setelah saya menelpon
kantor di Surabaya dan meminta tolong teman untuk me-refund tiket lama dan
membeli tiket yang baru. Sesampainya di kota Tobelo saya langsung ke warnet
untuk check email dan mencetak e-ticket
yang ternyata butuh kesabaran ekstra. Koneksinya yang super lambat walaupun
hanya sekedar membuka email dan mahalnya biaya nge-print cukup membuat saya bad
mood. Tapi ya sudahlah, yang penting urusan tiket saya beres. Setelah urusan
tiket beres, saya menelpon teman saya yang tinggal di Makassar untuk menanyakan
penginapan murah dan bersih. Dan akhirnya teman saya menyarankan untuk menginap
di sebuah rumah kost milik temannya dengan tarif Rp. 75.000 per hari.
Setelah tiba di Makassar, saya segera mencari taksi menuju
alamat rumah kost tersebut. Setelah beberapa saat berputar-putar akhirnya saya
menemukan rumah kost yang dimaksud dan setelah masuk ternyata fasilitasnya
lumayan untuk harga yang mereka minta. Kamar dengan AC, kamar mandi dalam dan
cable TV. Setelah membersihkan badan dan istirahat sebentar saya keluar untuk
mencari makan. Makanan yang saya coba kali ini adalah Pallu Basa, yang
merupakan kuliner khas tradisional Makassar. Hampir mirip dengan coto, tetapi
dengan aroma kuah yang sedikit berbeda. Yang membedakan lagi, jika coto dimakan
dengan ketupat, pallu basa ini dimakan dengan nasi putih. Dan satu lagi ,
biasanya orang makan menu ini dengan mencampurkan telur mentah ke dalam kuah
yang panas. Kuliner yang wajib dicoba jika ke Makassar. Setelah makan saya
segera kembali ke rumah kost dan beristirahat karena badan saya terasa sangat
lelah setelah 6 jam perjalanan dari Tobelo.
Keesokan harinya saya memutuskan untuk mengunjungi Trans
Studio. Trans Studio ini merupakan Trans Studio yang pertama. Selain di
Makassar, wahana bermain ini ada di Bandung dan rencananya aka nada di Surabaya
juga. Wahana bermain yang ada di dalam mall ini masih lumayan sepi ketika saya datang.
Mungkin karena terlalu pagi. Jadilah saya dengan santai menikmati semua wahana
yang ada tanpa perlu antri. Memang sih, wahana di Trans Studio Makassar ini
tidak sebanyak yang di Bandung. Tapi Ok lah untuk mengisi waktu.
Pukul sore saya segera keluar dari Trans Studio dan naik
taksi menuju Pantai Losari untuk melihat sunset yang konon katanya sangat bagus. Sedikit kecewa ketika
mendapati ternyata hujan turun meskipun tidak begitu deras. Tapi karena waktu
saya melihat sunset disana hanya tinggal sore itu saja akhirnya saya nekad
pergi juga. Sesampainya disana hujan sudah agak reda meskipun masih
rintik-rintik. Dan ternyata perjuangan saya berbasah-basah ria tidak sia-sia.
Sunset nya cantik dan saya ketemu pelangi lagi disini. Saya berada di pantai
ini sampai matahari benar-benar menghilang sembari menyaksikan aktifitas
pengunjung. Ada yang sibuk memancing, turis yang datang dan berfoto-foto, anak-anak
kecil yang berenang. Sangat menyenangkan.
Setelah hari mulai gelap saya bermaksud mencari tempat untuk
membeli oleh-oleh. Dengan bermodalkan petunjuk dari sopir taksi yang
mengantarkan saya dari Trans Studio ke Pantai Losari tadi saya berhasil
menemukan toko oleh-oleh. Cukup bingung juga harus membeli apa. Akhirnya saya
mengambil beberapa makanan khas Makassar dan sekotak kopi. Setelah acara beli
oleh-oleh selesai saya segera mencari makan karena perut saya mulai minta diisi.
Kali ini saya memilih Coto Makassar. Dan menurut saya kalah lezat dibandingkan
coto Makassar langganan saya di Surabaya. Tapi cukup lumayan lah untuk mengisi
perut. Setelah kenyang saya pun mencari taksi untuk pulang ke rumah kost dan
kemudian istirahat.
Keesokan harinya saya terbangun karena lapar. Segera saya
mandi dan berjalan keluar untuk mencari warung makanan. Setelah 20 menit
berjalan saya menemukan warung Coto Makassar di pinggir jalan yang cukup ramai
pengunjung. Segera saya memesan seporsi coto dan ketupatnya. Secara rasa, lebih
enak darippada yang saya coba malam sebelumnya namun masih tetap kalah enak
dibandingkan yang di Surabaya. Apa lidah Jawa saya memang kurang cocok dengan
rasa asli coto? Entahlah.
Setelah makan dan saya segera kembali ke kost untuk packing
karena waktu saya tinggal dua jam sebelum ke bandara untuk penerbangan ke Surabaya.
Ternyata barang bawaan saya beranak. Waktu datang ke kota ini yang saya bawa hanya
satu traveling bag dan satu backpack kecil, sekarang ditambah dua dus oleh-oleh
hehehe. Tepat pukul 11 saya berangkat menuju ke Bandara. Perjalanan 1 jam ke
bandara diisi dengan cerita sopir taksi tentang kota Makassar. Ok juga ini pak
taksinya. Bisa jadi guide juga. Ternyata banyak tempat di Makassar yang harus
dikunjungi dan saya lewatkan. Ya memang waktu saya tidak banyak disana. Mungkin
lain kali saya akan datang lagi kesana dan mengexplore lebih banyak tempat yang
menarik. Semoga. Dan ini saya ucapkan dalam hati ketika pesawat yang saya
tumpangi take off meninggalkan Makassar.
sunsetnya bagusss nabung nabung.....tambah lagi list *padahal banyak yang belon kesampaian nih
ReplyDeletehayuk nabung *sodorin celengan ayam :)
ReplyDelete