Monday, August 13, 2012

Sepenggal Cerita dari Halmahera

Melanjutkan postingan sebelumnya 'Ternate, si Cantik dari Timur', perjalanan kemi dilanjutkan ke Halmahera.Perjalanan dimulai dari pelabuhan speedboat Kotabaru di Ternate. Dengan menggunakan speedboat dibutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk sampai di Sofifi, Halmahera Barat. Setelah 45 menit terguncang-guncang didalam speedboat berkapasitas sekitar 10 orang sampailah kami, saya dan adik saya, di pelabuhan yang cukup ramai. Kami langsung diserbu oleh para sopir Otto, sebutan untuk kendaraan roda empat di daerah sana. Di area parkir pelabuhan saya lihat banyak mobil seperti Avanza, Innova, Yaris, Jazz, Harrier, X-Over, Rush dan masih banyak lagi berjajar. Awalnya saya mengira mobil-mobil itu adalah mobil sewaan. Tetapi setelah saya perhatikan ternyata mobil-mobil tersebut ber plat nomor polisi warna kuning yang berarti mobil angkutan umum yang mengantarkan penumpang ke segala kota di pulau ini. Setelah tawar menawar, kami memutuskan untuk menumpang Innova dengan  biaya 100 ribu per orang.



Mobil yang kami tumpangi bersama 2 penumpang lain segera melaju ke Tobelo. Perjalanan selama 4 jam dengan jalan yang meliuk-liuk naik turun dan sopir yang sepertinya jebolan F1, dilihat dari caranya ngebut dan nyaris tanpa menginjak rem sama sekali selama perjalanan, sukses membuat saya pusing. Untungnya di tengah jalan ada tambahan penumpang yang sedang sakit sehingga sopir tersebut mengurangi kecepatannya. Seperti di Ternate, sepanjang perjalanan saya melihat banyak kebun-kebun pala. Jika kebetulan berada ketinggian, saya bisa melihat laut dari kejauhan. Bisa dibayangkan betapa cantiknya. Pusing saya pun perlahan hilang dan digantikan dengan rasa senang melihat pemandangan yang kami lalui. Setelah perjalanan yang melelahkan namun menyenangkan, empat jam kemudian kami tiba di Tobelo. Saya langsung mandi dan makan, lalu terlelap hingga esok pagi.



Tobelo
Tobelo adalah kota terbesar di Halmahera sekaligus juga merupakan ibukota kabupaten Halmahera Utara. Kota ini terletak di semenanjung utara Pulau halmahera dan berbatasan dengan wilayah Galela dan Kao. Yang menarik dari kota ini adalah banyaknya pantai dan keindahan alam bawah lautnya.

Di kota ini pernah terjadi kerusuhan yang diwarnai pembantaian. Kerusuhan berlatar belakang agama ini terjadi pada tahun 1999-2000. Bekas-bekas kerusuhan masih terlihat sampai sekarang. Saya sempat melihat bekas rumah yang dirusak pada saat kejadian dan sampai sekarang dibiarkan begitu saja. Untunglah kondisinya sekarang ini sudah aman dan masyarakat disana hidup berdampingan secara damai meskipun berbeda kepercayaan.

Setelah semalaman saya tertidur karena perjalanan yang sangat panjang, keesokan paginya saya bangun dengan badan yang sangat segar. Setelah mandi dan sarapan pagi, saya diajak oleh ayah dan adik saya untuk melihat beberapa pulau di sekitar Tobelo. Untuk menuju pulau-pulau itu kami menyewa perahu tradisional ketinting. Perahu ketinting ini seperti gambar dibawah ini adalah perahu kecil, dengan bambu disisi kanan dan kiri sebagai penyeimbang dan dilengkapi mesin untuk menggerakkan perahu. Kami hanya singgah di pulau Karara untuk minum air kelapa muda dan bermain-main sebentar di pulau itu. Sementara untuk pulau-pulau lainnya kami sudah cukup puas dengan melihat dari perahu saja. Saya lebih senang berada di atas perahu sambil melihat ke dalam ainya yang sangat bening.


Galela
Setelah puas melihat-lihat pulau disekitar Tobelo, kami kembali ke Tobelo dan melanjutkan perjalanan ke Galela untuk makan siang. Perjalanan Tobelo-Galela ini kami tempuh dalam waktu 45 menit dengan menggunakan mobil. Di Galela ini terdapat Bandar Udara Gamarmalamo yang menghubungkan kota ini dengan Ternate, tetapi penerbangan tidak setiap hari ada. Kami langsung menuju ke Danau Galela yang sering juga disebut Telaga Biru untuk makan di pinggir danau tersebut. Hujan rintik-rintik selama perjalanan semakin bertambah deras ketika kami sampai di tempat makan tersebut. Istimewanya makan di tempat ini, ikan yang disajikan segar karena diambil langsung dari danau jadi ikannya terasa nikmat dilidah saya. Sembari menunggu ikan selesai dimasak, kami menyantap pisang mulut bebek. Pisang ini merupakan jenis pisang yang hanya tumbuh di Halmahera. Dinamakan pisang mulut bebek karena bentuk pisang ini menyerupai bentuk mulut bebek. Biasanya pisang ini digoreng dan dimakan dengan sambal dabu-dabu. Rasanya yang sangat enak perpaduan dari manis dan gurih yang renyah membuat saya ketagihan makanan satu ini. Sayang di pulau Jawa ini pisang jenis ini tidak tumbuh.


Pelangi di Tobelo
Setelah makan siang selesai, kami segera kembali ke Tobelo. Hujan yang menemani perjalanan kami menyisakan pemandangan yang sangat indah. Pelangi dengan warna yang sangat jelas muncul dilangit. Dan saya sempat tertegun karena belum pernah saya melihat pelangi sejelas dan seindah ini di pulau Jawa.



Setelah beberapa hari di Tobelo, tibalah waktunya saya pulang. Pukul 7 pagi, mobil Avanza yang saya tumpangi sudah sampai di rumah. Masih belum ada penumpang lainnya karena sayalah penumpang pertama. Jadilah saya ngobrol dengan pengemudi yang penduduk asli Tobelo. Pria berkulit hitam dan berambut keriting khas daerah timur Indonesia ini sangat ramah. Ya, beberapa hari perjalanan saya di pulau ini mampu merubah mind set saya. Selama ini saya selalu takut melihat orang-orang yang berkulit hitam. Kesannya kasar dan menakutkan. Tetapi setelah melihat langsung dan berbaur dengan mereka, ternyata pandangan saya selama ini salah. Mereka sangat ramah, bahkan pada orang yang baru mereka temui.

Beberapa saat setelah perjalanan, ada bapak-bapak paruh baya yang bergabung dengan kami. Beliau lahir di Ternate namun tinggal di Jakarta. Tak lama setelah itu mobil kami dihentikan, dan kali ini yang ingin menumpang adalah serombongan anak-anak SMA yang akan berangkat sekolah. Dan dalam sekejab mobil Avanza tersebut penuh sesak. Bayangkan mobil yang berkapasitas 8 orang ini dipaksa untuk mengangkut 11 orang dewasa. Untung saya duduk di sebelah pengemudi dan hanya bisa tersenyum mendengarkan celotehan mereka. Mobil pun terasa lapang lagi setelah mereka turun di depan sekolah mereka.

Sesampainya di Sofifi saya langsung menuju ke tempat dimana speed boat berlabuh. Mungkin melihat tas saya yang lumayan besar, bapak yang semobil dengan saya tadi memaksa membantu membawakan tas saya sampai masuk ke speed boat. Sesampainya di pelabuhan ternate pun beliau masih bersikeras membawakan tas saya dan membantu mencarikan ojek untuk saya menuju ke bandara. Sekali lagi saya bertemu dengan orang baik di tanah yang masih asing bagi saya ini. Dan itu cukup membuat saya terharu. Setelah perjalanan 15 menit, sampailah saya di bandara yang sudah penuh dengan calon penumpang. Timbangan bagasi di bandara ini masih menggunakan timbangan manual seperti timbangan beras hehe. Setelah check ini saya segera menuju ruang boarding. Cukup betah saya di ruang boarding ini karena dari tempat saya duduk saya bisa melihat laut dan pulau Tidore di seberang sana. Akhirnya tibalah waktunya untuk saya masuk ke pesawat dan meninggalkan pulau cantik ini. Pelangi, makanan, keramahan penduduknya dan keindahan alamnya membuat saya bertekad dalam hati untuk mengunjungi daerah Indonesia timur yang lainnya :)

No comments:

Post a Comment