Dieng merupakan dataran tinggi yang berada di perbatasan
antara Banjarnegara dan Wonosobo. Dengan ketinggian hingga 6000 kaki dan terletak diantara gunung Sindoro dan gunung Sumbing, kawasan
ini mempunyai suhu yang dingin. Bahkan di bulan-bulan tertentu suhu mencapai
titik beku atau 0 derajat celcius. Antara bulan Juli-Agustus 2012 bahkan muncul embun beku yang disebut 'bun upas' oleh warga setempat yang berarti embun racun. Disebut embun racun karena embun tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Kawasan Dieng ini sudah cukup lama menarik perhatian saya. Setelah mencari informasi tentang apa saja yang ada disana dan bagaimana kesana, akhirnya saya dan lima orang teman sepakat untuk menghabiskan akhir pekan disana. Sebagai traveler receh, tentu saja kami mencari informasi bagaimana cara ke Dieng dengan biaya semurah-murahnya. Tapi dengan catatan, cukup untuk waktu libur yang hanya dua hari, dan kami tidak terlalu babak belur setelah traveling. Maklumlah, kami semua adalah karyawan yang dituntut tetap bekerja dengan baik pada hari senin setelah weekend hehehe.
Ada dua alternatif yang kami pertimbangkan. Alternatif pertama dan termurah adalah, kami naik bus dari Surabaya sampai ke Dieng dengan resiko harus berganti-ganti bus dan membutuhkan waktu yang lebih lama di perjalanan. Alternatif kedua, kami naik bus ke Jogja, dan dilanjut dengan mobil. Untuk perjalanan Jogja-Dieng kami serahkan ke pihak homestay di Dieng. Pilihan kedua ini tentu lebih mahal dibandingkan alternatif kedua. Dengan pertimbangan waktu dan tenaga yang sangat terbatas akhirnya kami memilih alternatif kedua.
Jumat malam, sesuai dengan kesepakatan kami berkumpul di terminal Surabaya sekitar pukul 20.00. Tepat pukul 21.00 bus berangkat dari terminal. Karena capek dan ngantuk saya tertidur hampir sepanjang perjalanan dan baru terbangun ketika bus sudah memasuki Jogja sekitar pukul 4 pagi. Karena jadwal penjemputan baru dua jam lagi, akhirnya kami menunggu di masjid terminal sekalian sholat shubuh.
Pukul 6 tepat mobil jemputan sampai di terminal, dan berangkatlah kami ke Dieng. Sekitar satu jam kemudian kami berhenti untuk sarapan di daerah Sleman. Setelah itu perjalanan berlanjut langsung menuju Dieng. Jalanan yang naik turun dan berkelok-kelok menghilangkan kantuk saya. Terutama ketika sudah hampir sampai di kawasan Dieng. Sepanjang perjalanan mata saya dimanjakan oleh hijaunya lahan yang ditanami berbagai macam sayuran. Kawasan ini terkenal sebagai penghasil sayuran di Jawa Tengah. Selain kentang sebagai komoditas utama, daerah ini juga menghasilkan wortel, kubis dan berbagai bawang-bawangan. Selain sayuran juga terdapat ada tanaman khas dari daerah ini yaitu buah carica (baca: karika). Buah ini seperti pepaya tetapi berukuran mini, daging lebih kenyal berwarna kuning dan rasanya cenderung asam. Buah ini biasanya diolah menjadi sirup, dodol dan manisan.
Tepat pukul 10 pagi kami sampai di homestay. Bapak Alif
pemilik homestay langsung mengenalkan kami dengan Mas Wiwid, tour guide yang
akan memandu kami selama di Dieng. Ya kami membutuhkan tour guide karena obyek
wisata di kawasan Dieng ini banyak dan tersebar di beberapa area. Selain itu
kami juga ingin mendengarkan ‘dongeng’ mengenai tempat yang kami kunjungi.
Homestay tempat kami tinggal sangat mencolok. Homestay ini
tidak terletak di jalan utama, tetapi harus masuk kedalam gang. Tapi cat nya
yang berwarna merah, membuat homestay ini cukup eyecatching. Homestay ini
mempunyai 3 kamar tidur dengan masing-masing kamar tidur dilengkapi dengan
springbed dan selimut tebal. Ada air panas, yang tentu sangat dibutuhkan untuk
daerah yang sangat dingin, ruang TV dan dapur, sehingga pengunjung bisa memasak
atau sekedar merebus air untuk membuat minuman hangat. Begitu sampai di
homestay, kami istirahat sebentar, mandi dan sholat dhuhur. Kami memutuskan
untuk mulai mengunjungi daerah wisata setelah makan siang.
Tempat apa saja yang kami kunjungi selama sisa hari itu akan saya
lanjutkan di posting selanjutnya ya :)
hihihi...si betty jadi blogger traveller sekarang...bagus..bagus..!!
ReplyDeletembok ya tiap catatannya diceritain juga biayanya berapa, positioningmu sebagai traveller receh ini cukup menarik, makanya kudu dishare juga estimasi cost tiap perjalanannya, kalo bisa di break down malah, pasti lebih sip!
hahaha..iya mbah. sayang kalo cuman disimpen sendiri, jadi dishare aja di blog. masalah detil biaya, pengennya sih gitu juga tapiii...eike paling kacrut kalo udah disuruh nginget angka.
DeleteLagian susah juga ya, ukuran receh tiap orang khan veda. recehnya orang yang punya banyak waktu pasti beda ama recehnya orang yang cuman punya jatah cuti 12 hari pertahun hehehe
jadinya ya sudahlah...kalian cukup percaya aja kalo jalan2ku ga bakalan bikin bangkrut di akhir bulan gr2 abis buat jalan2 :p